Nuzul Al-Qur’an



Dipandang dari segi bahasa “nuzul(  نزول  ) berasal dari kata nazala, yanzulu, nuzuula artinya turun.  Sedangkan nuzul Al-Qur’an oleh Rasulullah. Diungkapkan turunnya Al-Quran kepada beliau itu memberikan pengertian turun dari atas ke bawah. Demikian itu karena ketinggian kedudukan AlQur’an dan besarnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia dengan akhirat. (Moh. Abdul Adzim Al-Zulqani, Manahil Al-Irfan Fi Ulumal Quran ).
Allah Swt menurunkan al-qur’an kepada Rasul kita Muhammad Saw untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus mengatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al-Qur’an pertama kali pada malam lailatul qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad Saw.
Firman Allah Swt yang berkaitan dengan turunnya al-Qur’an pertama kali pada malam lailatul qadar yaitu:
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4
Artinya:
“Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. (Q.S AlBaqarah :185 )
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ  
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam lailatul qadar”. (Q.S Al-Qadar:1 )
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B …. ÇÌÈ  
Artinya:
Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi”. (Q.S Ad-Dukhan : 3)
1.      Cara turunnya al-Qur’an
Adalah hikmah ilahi bahwa wahyu diturunkan sejalan dengan keperluan yang dibutuhkan oleh Rasulullah Saw dan untuk memberitahu beliau mengenai soal-soal yang terjadi setiap hari. Melalui wahyu, Allah Swt memberi  tuntunan  serta petunjuk dan memantapkan ketabahan serta menambah ketenangan beliau. Selain itu wahyu diturunkan juga sejalan dengan keperluan yang dibutuhkan untuk mendidik para sahabat Nabi, memperbaiki adat kebiasaan dan menjawab berbagai kejadian yang mereka tanyakan al-Qur’an tidak mengejutkan dengan semua ajaran dan ketentuan hukumnya. Bentuk keselarasan turunnya al-Qur’an sesuai dengan kebutuhan dan turunnya pun dengan dua cara:
a.    Turunnya al-Qur’an secara jumlatan (sekaligus).
a).  Menurut pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama serta dijadikan pegangan oleh umumnya ulama, bahwa al-Qur’an diturunkannya sekaligus ke Baithul Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesaran-Nya. Ibnu Abbas berkata “Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar. Kemudian setelah itu ia diturunkan selama  dua puluh tahun”, lalu dia membacakan.
Ÿwur y7tRqè?ù'tƒ @@sVyJÎ/ žwÎ) y7»oY÷¥Å_ Èd,ysø9$$Î/ z`|¡ômr&ur #·ŽÅ¡øÿs? ÇÌÌÈ  
Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami mendatangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya”. (AlFurqan:33)


“al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar ke langit dunia sekaligus, lalu dia diturunkan secara berangsur-angsur”.
b).  Muhammad Asy Shabuni menyatakan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam satu malam yang digambarkan sebagai malam yang diberkahi, yaitu malam lailatul qadar. Hal ini memberikan informasi kepada manusia bahwa al-Qur’an hanya diturunkan sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia. Ini artinya bahwa alQur’an diturunkan oleh Allah secara jumlatan ke Baitul Izzah di langit dunia. 
Pendapat mereka ini berdasarkan tiga ayat yaitu dalam surah al-Baqarah ayat 185, al-Qadar ayat 1  dan ad-Dukhan ayat 3. Ibnu Abbas mengatakan tidak ada pertentangan antara ketiga ayat itu yang berkenaan dengan turunnya al-Quran dengan kejadiannya dalam kehidupan Rasulullah Saw bahwa Qur’an itu turun di bulan Ramadhan. Dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa dia ditanya oleh Atiyah Bin al-Aswad “Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah. Bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur’an dan firman Allah sesungguhnya kami menurunkannya pada malam lailatul Qadar. Padahal Qur’an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Dzulhijjah, Muharram, Syafar, Rabiul Awwal”. Ibnu Abbas menjawab “Al-Quran diturunkan pada malam lailatul Qadar sekaligus. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur.
Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu adalah ialah menyatakan kebesaran Qur’an dan kemuliaan orang yang kepadanya diturunkannya al-Qur’an. As-Suyuti mengatakan, “dikatakan bahwa rahasia diturunkannya al-Qur’an sekaligus ke langit dunia adalah untuk memuliakan orang yang kepadanya alQur’an diturunkan ; yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia.
b.    Turunnya al-Qur’an secara munjaman (berangsur-angsur)
Setelah al-Qur’an diturunkan secara jumlatan kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara munjaman (berangsur-angsur)
Dalil-dalil turunnya al-Qur’an secara munjaman:
a). Qur’an Surat al-Isra ayat 106
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s? ÇÊÉÏÈ  
Artinya :
’al-Qur’an itu telah Kami turunkan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian
b). Qur’an Surat al-Furqan ayat 32
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ  
Artinya:
Orang-orang kafir berkata : kenapa al-Qur’an itu tidak diturunkan secara jumlatan saja? Begitulah Kami perkuat hatimu dengannya sekelompok demi sekelompok”. (Q.S al-Furqan: 32)
c). Hadits Riwayat Hakim dan Baihaqi
و كان الله ينزله على رسوله صلى الله عليه و سلم يعصه فى اثر يعص
Artinya:
 Allah Swt menurunkan (al-Qur’an) kepada Rasul-Nya sedikit demi sedikit. (H.R Hakim dan Baihaqi)
d).  Hadits Riwayat Tabrani
إنز العران فى ليله القدر فى سهر رمضان إلى سهاء الرفيا جملة و احدة, ثم إنزل
Artinya:
Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan ke langit dunia secara kolektif, selanjutnya secara berangsur-angsur (H.R Tabrani)
2.      Tujuan al-Qur’an diturunkan
Al-Qur’an sebagian petunjuk bagi manusia, diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk memberi petunjuk kepada manusia.
Adapun tujuan al-Qur’an diturunkan yaitu :
a). Tujuan al-Qur’an diturunkan sekaligus
Ø    Untuk memuliakan al-Qur’an dan memuliakan orang yang kepadanya diturunkan al-Qur’an; yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia.
Ø    Untuk membedakan antara al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya seperti Injil , Taurat dan Zabur.
Ø    Untuk menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat.
b). Tujuan al-Qur’an diturunkan berangsu-angsur
Ø  Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah
Rasulullah telah menyampaikan dakwahnya, tetapi dia menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras. Ia ditantang oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan berbagai macam gangguan dan ancaman kepada Rasul.
Wahyu turun kepada Rasulullah Saw dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap melangkahkan kakinya di jalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang dihadapinya dari masyarakatnya sendiri. Allah menjelaskan kepada Rasulullah sunnah-sunnahnya yang berkenaan dengan para Nabi terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka; tetapi mereka tetap bersabar sehingga datang pertolongan dari Allah. Dijelaskan pula bahwa kaum Rasulullah itu mendustakannya hanya karena kecongkakan dan kesombongan mereka. Sehingga ia akan menemukan “sunnah ilahi” dengan iring-iringan para Nabi sepanjang sejarah. Yang demikian ini dapat menjadi hiburan dan penerang baginya dalam menghadapi gangguan dan cobaan dari kaumnya.
Ø  Tantangan dan Mukjizat
Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan sehingga melampaui batas. Mareka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabian Rasulullah. Mereka juga sering menyampaikan kepadanya hal-hal bathil yang tak masuk akal, seperti menanyakan tentang hari kiamat dan minta disegerakan azab. Maka turunlah al-Qur’an dengan ayat yang menjelaskan kepada mereka segi kebenaran dan memberikan jawaban yang amat jelas misalnya firman Allah:
Ÿwur y7tRqè?ù'tƒ @@sVyJÎ/ žwÎ) y7»oY÷¥Å_ Èd,ysø9$$Î/ z`|¡ômr&ur #·ŽÅ¡øÿs? ÇÌÌÈ  
Artinya:
’Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (Q.S al-Furqan ayat: 33).
Di saat mereka keheranan terhadap turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, maka Allah menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu; sebab tantangan kepada mereka dengan diturunkan secara berangsur-angsur sedang mereka tidak sanggup untuk membuat yang serupa dengannya, akan lebih memperlihatkan kemukjizatannya dan lebih efektif pembuktiannya dari pada kalau alQur’an diturunkan sekaligus. Hikmah yang demikian juga telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat dalam hadits Ibnu Abbas mengenai turunnya al-Qur’an “apabila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu maka Allah pun mengadakan jawaban atas mereka”.
Ø  Mempermudah hapalan dan pemahamannya
Al-Qur’anul karim turun di tengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Catatan mereka adalah hapalan dan daya ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya.
Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghapal seluruh Qur’an, seandainya Qur’an diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya dan memikirkan ayat-ayatnya. Jelasnya bahwa turunnya Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk menghapal dan memahami ayat-ayatnya. Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghapalnya, memikirkan maknanya dan mempelajari hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini menjadi metode pengajaran dalam kehidupan para tabi’in.
Ø  Kesesuaian dengan perisitiwa-peristiwa dan penetapan hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru ini seandainya Qur’an tidak menghadapi dengan cara yang bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa obat penawar yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali terjadi sesuatu peristiwa di antara mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu. Yang memberikan kejelasan statusnya dan petunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan kondisi satu demi satu. Dan cara demikian ini menjadi obat bagi hati mereka.
Pada mulanya al-Qur’an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat serta apa yang ada pada hari kiamat itu seperti kebangkitan, hisab, balasan, surga dan neraka. Untuk itu, kurang menegakkan bukti-bukti dan alasan sehingga kepercayaan kepada berhala tercabut dari jiwa orang-orang musyrik dan tumbuh sebagai gantinya adalah aqidah Islam.
Kemudian penetapan hukum bagi umat ini meningkat kepada penanganan penyakit-penyakit sosial yang sudah mendarah daging dalam jiwa mereka sesudah digariskan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dan rukun-rukun Islam yang menjadikan hati mereka penuh dengan iman, ikhlas kepada Allah dan hanya menyembah kepada-Nya. Demikian pula Qur’an turun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi bagi kaum muslimin dalam perjuangan mereka yang panjang untuk meninggikan hikmah Allah Swt.

Daftar Bacaan


hmad Syadali, Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.31.
Manna Khalil al-Qathan.. h.145

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nuzul Al-Qur’an"

Post a Comment